Abstrak
Tanaman Tebu menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk famili rumput (Graminae) dan golongan Sccarae atau Saccharum. Saccharum ini terbagi dalam 2 keluarga, yaitu : Saccharum spontaneum (glagah) dan Saccharum officinarum (tebu). Tanaman tebu ini semula dikatakan berasal dari India disekitar sungai Gangga dan ada pula yang mengatakan dari kepulauan Pasifik Selatan atau Irian. Tanaman tebu jenis liar pada tahun 1930-1950 masih dijumpai di hutan-hutan Irian Barat, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan. Ini membuktikan bahwa tanaman tebu sebenarnya berasal dari Indonesia bukan dari India.
PTPN VII (1987), dari sejarah pergulaan Indonesia pernah mencapai masa jaya sekitar tahun 1920-1940 dengan mencatat prestasi gemilang sebagai negara produsen gula terbesar di dunia. Pada tahun tersebut tercatat 130 pabrik gula semua berada di pulau Jawa pada saat itu memiliki daerah yang subur dengan menggunakan Sistem Reynoso (lahan sawah) serta dibangunnya Balai Pusat Penyelidikan perusahaan Gula (BP3G), sekarang P3GI (Pusat penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Perkembangan pergulaan nasional selanjutnya mengalami penurunan produktivitas yang sangat tajam, sehingga menyebabkan industri gula di Indonesia kurang efisien.
Apabila dikelola sebagai tanaman tahunan, tentu pola pikir dan pola tanam menjadi berbeda. Tanaman ratoon bukan lagi dianggap tanaman sisa tapi merupakan tanaman harapan. Berpikir jangka panjang untuk merawat tanaman tebu, dan perbaikan mutu ratoon untuk menjaga agar setiap tunas yang tumbuh akan jadi batang yang diharapkan..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan alat olah tanah ripper terhadap pertumbuhan akar dan produktivitas ratoon pada tanaman tebu.
Sundara (1998), menyatakan bahwa dibanyak negara umumnya tanaman ratoon produktivitasnya menurun, tetapi 10 % diantaranya mempunyai produktivitas yang sama dengan tanaman baru, bahkan ada yang lebih baik dari tanaman baru. Terbukti dari percobaan Arifin, Z. dan Prahardini PER (2006), degan mengubah cara pengolahan tanah menggunakan ripper memperlihatkan bahwa tebu ratoon produktivitas tebunya dapat lebih tinggi yakni 118,77 ton/ha dibanding tebu plant cane 111.84 ton/ha. Realita yang saat ini menjadi minoritas diharapkan dapat diperbaiki menjadi mayoritas.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembongkaran ratoon secara cepat mempunyai berbagai dampak merugikan dari segi ekonomi, dan ancaman praktik budidaya tanaman tebu yang akan dikembangkan, terutama pada saat kekeringan / kemarau yang berkepanjangan. Perlu biaya investasi yang tinggi untuk membuat sistem irigasi buatan untuk ketersediaan air pada lahan pertanian. Dengan dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan ripper ditinjau dari aspek peranannya terhadap peningkatan ketahanan masa ratoon dan kekurangan air pada tanaman tebu, maka penanaman tebu dapat teratasi dengan baik.
NB : Tolong beri Saran, karena thesis ini belum sempurna